Kumpulan Laras Bahasa Lampung Post

kerja sama Kantor Bahasa Provinsi Lampung

Posts Tagged ‘Suheri

Nuansa dan Suasana

leave a comment »

Rabu, 17 Oktober 2012

 

Pada sebuah iklan di harian Lampung Post edisi Januari 2010 tertulis begini:  Gubuk Emas Restaurant, restaurant bernuansa danau. Para pembaca bias mengimajinasikan pariwara itu sebagai “Restaurant Gubuk Emas merupakan restaurant yang teduh, nyaman, banyak pepohonan, ada suara burung, air bergemericik mengalir, sehingga suasana yang tercipta menyerupai suasana danau.

Bila kita mengimajinasikan hal seperti itu, sebenarnya tidak lebih tepat jika yang dimaksud sebagai nuansa itu sebenarnya adalah suasana.

Hal yang sama, mari cermati kalimat berikut ini: 1. Lembah Hijau merupakan taman rekreasi bernuansa alam (iklan verbal Taman Rekreasi Lembah Hijau, di Siger Tv, 15 Desember 2009), 2. Danau Kemuning memiliki nuansa alam yang sejuk dengan penampakan air bening, dan air danau ini diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit (Lampost, 17 Desember 2009, edisi khusus halaman 30, judul “Danau dan Bendungan Juga Oke”).

Kata nuansa dalam kalimat tersebut, diyakini bermakna suasana, atau bersinonim dengan makna kata suasana. Artinya, selaras dengan maksud iklan tersebut, Lembah Hijau merupakan taman rekreasi yang ‘suasana alamnya’ seperti teduh, nyaman, sejuk, banyak pepohonan, udara segar, banyak tumbuhan dan hewan, masih kental sekali. Begitu pula dengan makna kata nuansa dalam, kalimat kedua.

Namun, betulkah kata nuansa bersinonim dengan kata suasana? Mari kita periksa kebenarannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) halaman 788, kata nuansa mempunyai dua arti, yakni: 1. Variasi atau perbedaan yang sangat halus, atau kecil sekali (tentang warna, suara, kualitas, dsb), 2. Kepekaan terhadap kewaspadaan atas, atau kemampuan menyatakan adanya pergeseran yang kecil sekali (tentang makna, perasaan, nilai). Definisi ini menunjukan jika nuansa merupakan perbedaan yang tipis yang digunakan untuk warna, suara, kualitas, makna, perasaan, dan nilai).

Definisi ini menunjukkan bahwa nuansa memiliki perbedaan yang tipis yag digunakan untuk warna, suara, kualitas, makna, perasaan, dan nilai.

Kata nuansa itu tampaknya merupakan kata serapan dari bahasa Inggris “nuance”. Makna kata itu dalam bahasa Inggrisnya, ialah: 1. A subtle of slight degree of difference, as meaning: feeling or tone: a gradation, 2. expression or appreciation of subtle shades of meaning, feeling or tone: a rich artistic performance, full of nuance (Wikipedia). Kata ‘nuance’ itu diserap menjadi nuansa dan diterjemahkan dalam KBBI seperti tersebut di depan.

Sedang kata suasana, bermakna: 1. hawa, udara, 2. Keadaan sekitar sesuatu atau dalam lingkungan sesuatu, 3. Keadaan suatu peristiwa (KBBI, halaman 1094).

Dengan demikian, makna kata nuansa sangatlah berbeda dengan makna kata suasana, atau nuansa tidaklah bersinonim dengan suasana.

Oleh karena itu, dalam menggunakan suatu kata, adalah bijak bila sebelumnya kita mengetahui makna leksikal kata tersebut, jangan sekedar meniru atau melihat kemiripan bunyi, bahkan berdasar pada rangkaian huruf yang enak dibaca/di dengar saja. Kamus sebagai buku pintar, sangat tepat dijadikan rujukan.

Suheri, Guru SMAN 1 Sukadana, Lampung Timur

 

 

Written by kbplpengkajian

Juni 21, 2013 at 4:36 am

Ditulis dalam Suheri

Tagged with

Selamat Merayakan Idulfitri

leave a comment »

Selasa, 14 Agustus 2012

 

Puasa di bulan Ramadan tinggal beberapa hari lagi, kelak setelah Ramadan usai dan masuk 1 Syawal, umat muslim merayakan Idulfitri(ada yang menulis secara salah:Iedul Fitri, Aidul Fitri, Idul Fitri)dengan berbagai aktivitas dan kebiasaan unik yang tidak dijumpai di negara lain, keunikan tersebut seperti hal-hal berikut ini.

Pertama, “bersilaturahim”(bukan silaturahmi). Istilah “silaturahim”berasal dari kata dalam bahasa Arab “silah”yang artinya menyambungkan dan “rahim” yang artinya kasih sayang dan pengertian.

Ini sangat berbeda dengan makna kata “silaturahmi”, “silah” yaitu menyambungkan dan “rahmi” yang ternyata artinya rasa nyeri pada saat seorang ibu hendak melahirkan.

Jadi “silaturahmi”, ternyata tidak sesuai dengan maksud penggunaan kalimat ungkapan ini untuk menggambarkan aktivitas saling berkunjung untuk mempererat tali persaudaraan dan kekerabatan.

Ketika ber-silaturahim kepada kerabat, biasanya dengan mengucapkan “Selamat hari raya Idulfitri”. Kalimat tersebut sebenarnya pun keliru karena yang seharusnya diberi selamat adalah perayaannya bukan harinya. Sehingga pengucapan yang benar adalah “Selamat merayakan Idulfitri”atau kalau di hari besar agama lain, misalnya Natal (Nasrani), adalah “Selamat merayakan Natal”. Kalau di hari ulang tahun adalah “Selamat Ulang Tahun”.

Ungkapan khas yang lain adalah kalimat “Minal’aidin wal faizin” dilanjutkan dengan “Mohon maaf lahir batin”. “Minal ‘aidin” artinya secara bebas adalah golongan yang kembali dan kalimat “wal faizin” artinya golongan yang menang sehingga makna ungkapan tersebut adalah doa semoga kita semua termasuk golongan yang kembali (fitrah, suci seperti bayi) dan termasuk orang yang meraih kemenangan (melawan hawa nafsu selama bulan suci Ramadan).

Selain itu, ucapan “Selamat hari Lebaran”dilanjutkan, “Mohon maaf lahir batin”merupakan ucapan yang sangat familier dan lebih banyak digunakan. Kata Lebaran, yang dicurigai dari bahasa Jawa: dari kata lebar(sesudah atau setelah), dan akhiran-an, yang berfungsi menegaskan kata yang dilekatinya. Jadi Lebaran bermakna sesudah berpuasa bulan Ramadan, yakni 1 Syawal.

Guru SMAN 1 Sukadana, Lampung Timur

 

Written by kbplpengkajian

Juni 21, 2013 at 4:24 am

Ditulis dalam Suheri

Tagged with

Semiotika “X”

with one comment

HURUF X merupakan huruf ke-24 abjad Indonesia. Bila dibanding dengan abjad lainnya, mempunyai perbedaan yang cukup tajam, dilihat dari penggunaannya yang luas dalam berbagai disiplin ilmu dan bidang pekerjaan. Hal ini menunjukkan huruf X mempunyai keistimewaan.

Bila dibandingkan dengan abjad lainnya, misalnya H, pada hari-H (hari berlangsungnya),  Y (matematika; kesatuan ke-2 yang tidak atau belum diketahui). Baca entri selengkapnya »

Written by kbplpengkajian

Agustus 9, 2012 at 2:46 am

Ditulis dalam Suheri

Tagged with

‘Hafalan Shalat Delisa’

leave a comment »

Hafalan Shalat Delisa adalah judul film berdasar novel karya Tere Liye. Film tersebut berkisah tentang seorang gadis cilik yang periang bernama Delisa. Perawan kencur itu berasal dari Desa Lhok Nga, Aceh Timur. Saat tsunami melanda Aceh, 26 Desember 2004, pada saat yang sama Delisa akan mengikuti ujian praktek salat yang ia pelajari.

Kemudian, tsunami mengubah jalan hidupnya. Baca entri selengkapnya »

Written by kbplpengkajian

Maret 8, 2012 at 9:54 am

Ditulis dalam Suheri

Tagged with

Menghidupkan Q

leave a comment »

Q, huruf ke tujuh belas abjad Indonesia, merupakan huruf yang paling sedikit memiliki kosakata dibanding huruf abjad yang lain. Merujuk KBBI 1991, q hanya mempunyai delapan huruf, yaitu: qaf, qari, qariah, qasar, qiamulail, qiraah, qiraat, Quran.

Dalam KBBI edisi ketiga, 2005, q hanya bertambah dua kata yakni: qi, dan qudsi. KBBI edisi keempat, 2008 pun, ‘q’ hanya memiliki penambahan kata, yaitu: qanun, quasar, qurah, qurani. Itu pun ada beberapa kata yang memiliki akar kata sama (misalnya: qa-ra-ba yang artinya membaca menjadi ; qari qariah, qiraah, qiraat, Quran). Baca entri selengkapnya »

Written by kbplpengkajian

Oktober 13, 2011 at 4:41 am

Ditulis dalam Suheri

Tagged with