Kumpulan Laras Bahasa Lampung Post

kerja sama Kantor Bahasa Provinsi Lampung

Antara Ramadhan, Ramadan, dan Ramadlan

with one comment

MENJELANG bulan puasa, penggunaan kata Ramadhan, Ramadan, dan Ramadlan cukup menyulitkan. Perasaan yang mungkin juga dirasakan oleh pemilik jasa iklan, percetakan, termasuk para politisi dalam pembuatan spanduk menyambut datangnya bulan suci.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kita disuguhkan lema Ramadan sebagai kata untuk arti bulan ke-9 tahun Hijriah (29 atau 30 hari), pada bulan ini orang Islam diwajibkan berpuasa.

Tetapi, saya tidak bisa langsung menggunakan bentuk kata tersebut untuk buku yang saya buat, dengan pertimbangan, bahasa adalah konvensi masyarakat.

Masalah konvensi berbahasa, kita tahu berbagai macam perubahan. Dari perubahan ejaan van Ophuijsen, Soewandi, Melindo, hingga EYD. Dari penggunaan huruf ch hingga kh untuk pengganti huruf kha. Atau penggunaan akronim rudal untuk peluru kendali, surel untuk surat elektronik. Termasuk juga kata lebay, bray, saik, dan sebagainya sehingga saya tetap mencari bentuk kata Ramadan yang menjadi konvensi masyarakat.

Dan sudah menjadi konvensi masyarakat kita dalam menyambut bulan suci, menggunakan bentuk kata Ramadhan untuk arti bulan puasa. Sama seperti kata shalat, lebih banyak dipilih oleh beberapa media dan penulis, dibanding bentuk kata salat untuk aktivitas menyembah Allah. Bentuk kata yang sama sekali tidak sesuai dengan lema KBBI.

Tetapi dengan adanya beberapa penulis yang masih asyik menulis dengan pilihan bentuk kata yang menyimpang dari KBBI, bukan berarti mereka tidak menghargai KBBI. Tapi karena KBBI terkadang tidak konsisten dan kurang cermat dalam proses transliterasi bahasa Arab.

Inkonsistensi yang ditunjukkan di dalam KBBI bisa dilihat misalnya, lema zikir, zalim, dan zakat yang ditulis dengan huruf awalan yang sama. Padahal, zikir dalam bahasa Arab diawali dengan huruf dzal, zalim diawali dengan huruf zha, sedangkan zakat diawali dengan huruf zai.

Inkonsistensi semacam ini juga terjadi untuk kata Ramadan atau Ramadhan. Dari sini, saya berharap ada pembenahan terhadap KBBI selanjutnya, seperti kata hadam yang semula tanpa k untuk menyatakan kha saat ini sudah dibenahi menjadi khadam untuk arti pelayan; orang gajian. Karena jika tidak, saya yakin buku-buku agama masih akan terus menyimpang dari KBBI untuk kata-kata yang diserap dari bahasa Arab, dan menggunakan pedoman transliterasi sendiri seperti yang ada saat ini.

Written by kbplpengkajian

Juli 18, 2012 pada 1:21 am

Ditulis dalam Ach. Nurcholis Majid

Tagged with

Satu Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

  1. […] ini dipublikasikan harian Lampung Post dan kbplpengkajian -7.011590 113.864300 Share this:Like this:SukaBe the first to like this. Entri ini ditulis dalam […]


Tinggalkan komentar